Ini
tanggal delapan bulan Desember tahun dua ribu tiga belas. Dan saya sedang merindukan
seseorang. Salah satu sosok luar biasa yang sudah menginspirasi hidup saya.
Apalagi jika musim Ulangan Akhir Semester (UAS) seperti saat ini. Beliaulah
yang selalu memotivasi saya, menasehati saya, mendukung saya dan membangunkan saya
saat dua pertiga malam. Ahh, ingin sekali rasanya bertemu dan berkomunikasi
dengan beliau. Atau mungkin menelepon supaya bisa mendengar suaranya. Namun, semua
itu rasanya sia-sia.
Semasa
Hidupnya
Siti
Azmah Pujiastuti, itulah salah satu sosok yang saya kagumi. Beliau adalah nenek
saya. Banyak pendidikan dan pengalaman yang saya dapatkan dari nenek.
Beberapa
tahun lalu, setelah ibu saya meninggal, saya dibimbing oleh nenek. Saat TK saya
sudah diajarkan tentang ilmu agama. Sholat, puasa, dan mengaji. Beliau membimbing
saya dengan sangat sabar. Saat di Yogyakarta, nenek memiliki pengajian ibu-ibu.
Beliau juga mempunyai TPA (Tempat Pendidikan Al-Qur’an). Saya ingat sekali,
saat liburan sekolah atau lebaran, saya selalu mengajak bapak untuk diantarkan
ke rumah nenek. Saya dikenalkan dengan ibu-ibu pengajian dan anak-anak yang
ikut belajar Al-Quran di rumah nenek saya. Jadi, saat berada di rumah nenek,
saya tidak merasa kesepian. Saya memiliki banyak teman. Bisa belajar dan
bermain dengan suka cita.
Saya juga sering diajak jalan-jalan
sama nenek. Silaturrahmi ke saudara yang lain. Saya dikenalkan dengan
kakak-kakak nenek saya, keponakan nenek, dan saudara yang lain. Saya juga
pernah diajak ke pasar naik becak dan andong. Dulu saya pernah mengeluh
kecapekan saat diajak pergi sama nenek. Tapi nenek selalu menasehati saya agar
tidak mudah putus asa. “Tetaplah melangkah. Bentar lagi sampai,” kata beliau.
Di dekat rumah nenek, ada tetangga
yang bernama Mbah Kromo. Orangnya sangat renta. Kurang berkecukupan. Saya
pernah diajak nenek berkunjung ke rumah Mbah Kromo. Yang saya ingat, Mbah Kromo
memiliki kucing kesayangan. Saya diajak untuk memberi sedikit sesuatu yang kita
punya kepada Mbah Kromo. Saya diajarkan untuk bersedekah, menyisihkan harta saya
untuk diberikan kepada orang yang membutuhkan.
Nenek saya memiliki dompet kecil yang
isinya khusus uang receh dan ribuan. Setiap pergi, beliau selalu membawanya.
Saya bertanya, “Kenapa uang recehnya selalu dibawa? Kan udah ada uang di dompet
yang lain?” Beliau menjawab bahwa uang tersebut digunakan untuk pengamen dan
pengemis yang beliau temui di jalan dan bis. Nenek saya selalu memberi uang
tersebut kepada mereka. Tidak peduli apakah itu pengemis bohongan atau pengamen
yang suka bermabuk ria. Yang terpenting beliau hanya ingin menginfakkan hartanya
dengan tujuan mendapat ridho Allah.
Saya selalu diingatkan agar tidak
melalaikan sholat. Beliau menjelaskan, “Kalau kamu tidak menjalankan sholat,
itu artinya kamu durhaka sama Allah. Nanti kalau Allah marah sama kamu gimana?
Besok saat kamu meninggal, amalan yang pertama kali dihitung adalah sholat.
Kalau sholatmu baik, amalan dan perilakumu juga Insya Allah ikutan baik.”
Yah pokoknya banyak sekali pelajaran
hidup yang dapat saya petik dari nenek. Beliau merupakan wanita yang sangat
taat kepada Allah, selalu berusaha meningkatkan iman dan taqwa, baik, qanaah,
selalu bersyukur, sangat sabar, kreatif, disiplin dan masih banyak lagi.
Menurut saya, beliau merupakan seorang nenek yang mendekati sempurna.
Gempa Yogyakarta
2006
Pada 27 Mei 2006 lalu, Jawa Tengah dan
DIY diguncang oleh gempa bumi tektonik berkekuatan 5,9 richter. Gempa ini
mengakibatkan banyak rumah dan gedung rubuh. Instalasai komunikasi juga rusak.
Tapi, alhamdulillah saya sangat bersyukur, kakek dan nenekserta saudara-saudara
saya masih diselamatkan oleh Allah, Karena gempa ini, rumah nenek pindah ke
Magelang.
Menjelang Sakaratul
Maut
Badan nenek semakin kurus. Untuk
berjalan saja susah. Namun beliau tetap bersemangat, tidak pernah meninggalkan
sholat. Selalu membaca Al-Qur’an dan berdoa kepada Allah.
Sabtu, 4 Juni 2010
Sekitar pukul 00.30 dini hari, saya
dibangunkan bapak. Katanya, kondisi nenek semakin kritis, sudah menuju ajal.
Saya langsung bergegas bangun. Memikirkan nenek. Saya sangat sedih mendengar
itu. Dalam perjalanan ke Magelang, rasanya saya ingin menangis. Saya terus
mendoakan nenek. Saya ingin agar nenek mendapatkan yang terbaik dari Allah.
Sesampainya di Magelang, ternyata
sudah banyak saudara yang kumpul. Saya dan orangtua saya langsung menuju ke
kamar nenek. Alhamdulillah, nenek masih diberi kesempatan hidup oleh Allah.
Namun, di sana saya tidak bisa membendung air mata. Tangis saya pecah. Saya
tidak kuat, saya langsung keluar kamar. Tetapi beberapa menit kemudian, nenek
memanggil saya. Saya disuruh membacakan Al-Quran untuknya. Beliau ingin
mendengar suara saya saat membaca Al-Quran. Saya pun menyanggupinya. Baru
beberapa ayat, saya sudah menangis lagi. Bacaan Al-Quran saya semakin pelan.
Serius, saya benar-benar tidak kuat.
Kemudian nenek menasehati saya dengan
suara yang terbata, “Jangan lupa sholat. Jangan lupa doakan nenek. Belajar terus.
Berbakti pada orang tua. Selalu rukun. Selalu sedekah. Ojo dumeh.” Katanya
memang singkat, tapi bermakna sekali.
Sekitar pukul 21.50, nenek dipanggil
oleh Allah. Saya sangat tidak percaya. Semua orang yang ada di situ tidak
percaya. Seketika bumi pun ikut menangis karena kehilangan nenek. Saya
terus-terusan menangis. Namun, saya harus ikhlas. Saya yakin ini memang jalan
nenek yang sudah digariskan oleh Allah. Malam itu, nenek langsung dimandikan.
Setelah dimandikan, nenek diberi kafan. Wajah nenek tersenyum, tenang sekali.
Saya kemudian mencium nenek, untuk yang terakhir kalinya.
Minggu, 5 Juni 2010
Nenek dimakamkan di makam Dukuh
Bumirejo. Banyak sekali orang yang bertakziyah. Saya yakin, ini pasti karena
kebaikan beliau. Selamat tinggal nenek. Semoga engkau mendapat tempat terbaik
di sisi Allah. Aamiin.
Doa untuk nenek:
“Ya Allah, berikanlah ampunan, rahmat dan ‘afiat kepadanya.
Muliakanlah tempat turunnya, luaskanlah tempat masuknya, mandikanlah ia dengan
air dan salju, bersihkanlah dari segala dosa dan kesalahan, sebagaimana pakaian
putih dibersihkan dari kotoran. Gantikanlah baginya rumah yang lebih baik dari
rumahnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya dan pasangan yang lebih
baik dari pasangannya. Jauhkanlah dari padanya fitnah kubur dan siksanya. (HR.
Muslim dan An-Nasa’i)
Aamiin
Salam dari seorang cucu
yang sedang merindukan neneknya,