Pages

January 25, 2014

The Falling Leaf


 
Falling
The brown leaf was floating down from its tree
Like a leaf, you are going to die too.
So, what would you do if today was your last day?

***

Dulu saat aku masih berumur delapan tahun, kakek pernah bercerita tentang misteri sebuah pohon tua. Namun, kakek masih belum mengetahui siapa yang pertama kali menanam pohon tua itu. Setahu kakek, pohon tua itu sudah berdiri sejak ratusan juta tahun yang lalu di tengah alun-alun kota tempat tinggalku. Akar pohon itu sudah sangat lama menancap di dalam perut bumi. Batang dan rantingnya kokoh menjulang tinggi. Daunnya memang sangat banyak, dapat digunakan orang-orang untuk berteduh. Tapi sayang, daun-daun itu tidak bisa bertahan lama.

January 23, 2014

Merindukan Sosok Motivator


Ini tanggal delapan bulan Desember tahun dua ribu tiga belas. Dan saya sedang merindukan seseorang. Salah satu sosok luar biasa yang sudah menginspirasi hidup saya. Apalagi jika musim Ulangan Akhir Semester (UAS) seperti saat ini. Beliaulah yang selalu memotivasi saya, menasehati saya, mendukung saya dan membangunkan saya saat dua pertiga malam. Ahh, ingin sekali rasanya bertemu dan berkomunikasi dengan beliau. Atau mungkin menelepon supaya bisa mendengar suaranya. Namun, semua itu rasanya sia-sia.
Semasa Hidupnya
Siti Azmah Pujiastuti, itulah salah satu sosok yang saya kagumi. Beliau adalah nenek saya. Banyak pendidikan dan pengalaman yang saya dapatkan dari nenek.
Beberapa tahun lalu, setelah ibu saya meninggal, saya dibimbing oleh nenek. Saat TK saya sudah diajarkan tentang ilmu agama. Sholat, puasa, dan mengaji. Beliau membimbing saya dengan sangat sabar. Saat di Yogyakarta, nenek memiliki pengajian ibu-ibu. Beliau juga mempunyai TPA (Tempat Pendidikan Al-Qur’an). Saya ingat sekali, saat liburan sekolah atau lebaran, saya selalu mengajak bapak untuk diantarkan ke rumah nenek. Saya dikenalkan dengan ibu-ibu pengajian dan anak-anak yang ikut belajar Al-Quran di rumah nenek saya. Jadi, saat berada di rumah nenek, saya tidak merasa kesepian. Saya memiliki banyak teman. Bisa belajar dan bermain dengan suka cita.
Saya juga sering diajak jalan-jalan sama nenek. Silaturrahmi ke saudara yang lain. Saya dikenalkan dengan kakak-kakak nenek saya, keponakan nenek, dan saudara yang lain. Saya juga pernah diajak ke pasar naik becak dan andong. Dulu saya pernah mengeluh kecapekan saat diajak pergi sama nenek. Tapi nenek selalu menasehati saya agar tidak mudah putus asa. “Tetaplah melangkah. Bentar lagi sampai,” kata beliau.
Di dekat rumah nenek, ada tetangga yang bernama Mbah Kromo. Orangnya sangat renta. Kurang berkecukupan. Saya pernah diajak nenek berkunjung ke rumah Mbah Kromo. Yang saya ingat, Mbah Kromo memiliki kucing kesayangan. Saya diajak untuk memberi sedikit sesuatu yang kita punya kepada Mbah Kromo. Saya diajarkan untuk bersedekah, menyisihkan harta saya untuk diberikan kepada orang yang membutuhkan.
Nenek saya memiliki dompet kecil yang isinya khusus uang receh dan ribuan. Setiap pergi, beliau selalu membawanya. Saya bertanya, “Kenapa uang recehnya selalu dibawa? Kan udah ada uang di dompet yang lain?” Beliau menjawab bahwa uang tersebut digunakan untuk pengamen dan pengemis yang beliau temui di jalan dan bis. Nenek saya selalu memberi uang tersebut kepada mereka. Tidak peduli apakah itu pengemis bohongan atau pengamen yang suka bermabuk ria. Yang terpenting beliau hanya ingin menginfakkan hartanya dengan tujuan mendapat ridho Allah.
Saya selalu diingatkan agar tidak melalaikan sholat. Beliau menjelaskan, “Kalau kamu tidak menjalankan sholat, itu artinya kamu durhaka sama Allah. Nanti kalau Allah marah sama kamu gimana? Besok saat kamu meninggal, amalan yang pertama kali dihitung adalah sholat. Kalau sholatmu baik, amalan dan perilakumu juga Insya Allah ikutan baik.”
Yah pokoknya banyak sekali pelajaran hidup yang dapat saya petik dari nenek. Beliau merupakan wanita yang sangat taat kepada Allah, selalu berusaha meningkatkan iman dan taqwa, baik, qanaah, selalu bersyukur, sangat sabar, kreatif, disiplin dan masih banyak lagi. Menurut saya, beliau merupakan seorang nenek yang mendekati sempurna.


Gempa Yogyakarta 2006
Pada 27 Mei 2006 lalu, Jawa Tengah dan DIY diguncang oleh gempa bumi tektonik berkekuatan 5,9 richter. Gempa ini mengakibatkan banyak rumah dan gedung rubuh. Instalasai komunikasi juga rusak. Tapi, alhamdulillah saya sangat bersyukur, kakek dan nenekserta saudara-saudara saya masih diselamatkan oleh Allah, Karena gempa ini, rumah nenek pindah ke Magelang.  
  


Menjelang Sakaratul Maut
Badan nenek semakin kurus. Untuk berjalan saja susah. Namun beliau tetap bersemangat, tidak pernah meninggalkan sholat. Selalu membaca Al-Qur’an dan berdoa kepada Allah.
Sabtu, 4 Juni 2010
Sekitar pukul 00.30 dini hari, saya dibangunkan bapak. Katanya, kondisi nenek semakin kritis, sudah menuju ajal. Saya langsung bergegas bangun. Memikirkan nenek. Saya sangat sedih mendengar itu. Dalam perjalanan ke Magelang, rasanya saya ingin menangis. Saya terus mendoakan nenek. Saya ingin agar nenek mendapatkan yang terbaik dari Allah.
Sesampainya di Magelang, ternyata sudah banyak saudara yang kumpul. Saya dan orangtua saya langsung menuju ke kamar nenek. Alhamdulillah, nenek masih diberi kesempatan hidup oleh Allah. Namun, di sana saya tidak bisa membendung air mata. Tangis saya pecah. Saya tidak kuat, saya langsung keluar kamar. Tetapi beberapa menit kemudian, nenek memanggil saya. Saya disuruh membacakan Al-Quran untuknya. Beliau ingin mendengar suara saya saat membaca Al-Quran. Saya pun menyanggupinya. Baru beberapa ayat, saya sudah menangis lagi. Bacaan Al-Quran saya semakin pelan. Serius, saya benar-benar tidak kuat.
Kemudian nenek menasehati saya dengan suara yang terbata, “Jangan lupa sholat. Jangan lupa doakan nenek. Belajar terus. Berbakti pada orang tua. Selalu rukun. Selalu sedekah. Ojo dumeh.” Katanya memang singkat, tapi bermakna sekali.
Sekitar pukul 21.50, nenek dipanggil oleh Allah. Saya sangat tidak percaya. Semua orang yang ada di situ tidak percaya. Seketika bumi pun ikut menangis karena kehilangan nenek. Saya terus-terusan menangis. Namun, saya harus ikhlas. Saya yakin ini memang jalan nenek yang sudah digariskan oleh Allah. Malam itu, nenek langsung dimandikan. Setelah dimandikan, nenek diberi kafan. Wajah nenek tersenyum, tenang sekali. Saya kemudian mencium nenek, untuk yang terakhir kalinya.
Minggu, 5 Juni 2010
Nenek dimakamkan di makam Dukuh Bumirejo. Banyak sekali orang yang bertakziyah. Saya yakin, ini pasti karena kebaikan beliau. Selamat tinggal nenek. Semoga engkau mendapat tempat terbaik di sisi Allah. Aamiin.
 



Doa untuk nenek:
“Ya Allah, berikanlah ampunan, rahmat dan ‘afiat kepadanya. Muliakanlah tempat turunnya, luaskanlah tempat masuknya, mandikanlah ia dengan air dan salju, bersihkanlah dari segala dosa dan kesalahan, sebagaimana pakaian putih dibersihkan dari kotoran. Gantikanlah baginya rumah yang lebih baik dari rumahnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya dan pasangan yang lebih baik dari pasangannya. Jauhkanlah dari padanya fitnah kubur dan siksanya. (HR. Muslim dan An-Nasa’i)
Aamiin


Salam dari seorang cucu yang sedang merindukan neneknya,