Pages

January 23, 2014

If I Live in The Fantasy World




Hujan pun ikut menangis. Menemaniku melangkah menelusuri sebuah kota. Kala itu gerimis. Katanya sih gerimis itu romantis. Tapi tidak untuk saat ini. Kendaraan berlalu lalang di sampingku. Mengeluarkan zat-zat yang bisa saja menyebabkan aku mati. Siang itu aku tidak dapat tertawa riang. Aku sangat lelah. Pikiranku kacau. Pecah. Terlalu banyak masalah yang menimpaku. Aku memang menyukai hujan, terutama gerimis. Tetapi sepertinya untuk saat ini aku akan sangat membencinya.

Aku terus melangkah. Menembus derai air hujan. Indra penciumanku aku tutup dengan jilbabku. Kota ini benar-benar sesak. Banyak orang. Banyak kendaraan. Banyak bangunan yang didirikan tanpa memikirkan bagaimana dampaknya. Kemacetan. Polusi. Kompleksitas dunia modern. Keterpecah-belahan. Sepertinya sudah biasa di kota ini. 

Aku menundukkan wajah. Ada seorang wanita berjalan cepat mendahuluiku. Mengapa dia berjalan dengan cepat? Sudahkah mimpinya terwujud? Sedangkan aku masih berada di belakangnya dan masih berjuang meraih mimpiku. 

Di sini aku hidup di dunia yang nyata namun fana. Aku ingin pindah dari sini. Mencari sesuatu yang dapat membuatku tersenyum kembali dan menjadikan impianku menjadi kenyataan. Aku terus melangkah. Hingga pada akhirnya aku menemukan suatu tempat. Tempat yang sangat indah yang pernah aku temui. Tidak kusangka ternyata masih ada tempat seperti ini. Aku tidak habis-habisnya memuji Tuhan.

Kemudian, aku memandang sekelilingnya. Merentangkan tangan dan menghirup udara segar. Ah benar-benar menakjubkan. Luar biasa.

Terlihat spektrum warna yang menakjubkan di atas sana. Pelangi. Sudah lama aku merindukan pelangi. Ada sebuah lagu yang mengingatkanku pada pelangi. Pasti kau sudah tahu. "Pelangi-pelangi alangkah indahmu. Merah kuning hijau di langit yang biru. Pelukismu agung siapa gerangan. Pelangi-pelangi ciptaan Tuhan." 

Aku sangat hafal dengan lagu itu. Dahulu, saat umurku masih balita, aku sering menyanyikannya dengan teman-temanku. Walaupun pada saat itu aku masih bingung bagaimana Tuhan dapat melukis pelangi di angkasa. Apakah Ia menggunakan tangga, menaiki pohon atau terbang dengan pesawat?

Aku juga bertanya apakah aku juga dapat melukisnya di atas sana? Apakah aku dapat pergi ke luar angkasa itu? Mungkin bisa. Jika saja aku hidup di dunia yang penuh fantasi, aku pasti dapat terbang ke langit dan melukis dengan berbagai macam imajinasiku. 

Namun, di sinilah aku sekarang. Kembali menuju ke kota tempat tinggalku

1 comment:

  1. Blog walking :)
    Nice post. Pelangi pelangi seolah menjadi lagu wajib kala kanak2, terimakasih postingan mu membuatku teringat lagu itu dan masa kecilku dengan berjuta mimpi yg kini sdg kuperjuangkan. Salam kenal farida:))

    ReplyDelete

Sampaikan komentar kamu :D