"Kamu
masih tetap akan menantinya?"
Tanya rembulan tiba-tiba.
Mengagetkanku yang sedang melihat ikan-ikan kecil di akuarium. Aku langsung
menolehkan wajahku kepadanya.
"Kenapa
kau menatapku seperti itu? Ayo jawab," desaknya.
Aku memalingkan wajah dan
kembali melihat ikan yang berwarna-warni sambil memikirkan jawaban dari
pertanyaan rembulan tentang penantian.
"Hei
kenapa malah tidak menjawab. Mau sampai kapan kau akan menantinya?"
Aku tetap terdiam. Aku
menundukkan kepala dan menjawab.
“Sepertinya iya. Sampai aku menemukan suatu titik kepastian
darinya.”
"Yasudah, mau
bagaimana lagi. Aku akan melupakannya. Aku akan mencari seseorang yang mampu
membahagiakanku."
"Kenapa tidak sekarang saja kau melepaskannya?"
"Karena aku
masih menyayanginya."
"Hei dengar,
kau memang masih menyayanginya. Tetapi bagaimana dengan dia, apakah dia
menyayangimu?"
Aku
masih menundukkan kepalaku. Iya ya, memangnya dia menyayangiku? Sepertinya
tidak. Buktinya dia tidak peduli terhadapku. Membalas pesan saja sangat
singkat. Mungkin dia menganggapku hanyalah masa lalunya yang suram.
"Mengapa kau
masih merangkul orang yang sudah tidak menyayangimu lagi?," lanjutnya,
"Kau ini hanya berlaku kejam terhadap dirimu."
"Berlaku kejam
bagaimana?" aku langsung bertanya.
"Kau tidak
tegas terhadap dirimu. Kau seperti orang yang plin-plan. Kau ingin
menyayanginya tetapi kau menyakiti dirimu sendiri. Janganlah hanya selalu
menanti, tetapi kejarlah, berlarilah. Jika memang kau sudah tak sanggup,
bergeraklah menuju orang lain. Tidakkah kau menyadari, banyak lelaki di sana
yang juga mecintai dan menantimu? Tetapi kau malah menolak mereka demi dia yang
jelas-jelas tidak menyayangimu lagi," jawab Rembulan.
Aku
menangis. Meresapi kalimat-kalimat yang terlontar dari bibir rembulan. Ternyata
benar apa yang dikatakannya. Mengapa juga aku harus terus-terusan menanti
sesuatu yang tidak pasti. Menanti hanya kegiatan yang melelahkan. Mengintainya
dari bilik dunia maya juga hanya membuatku sakit saja.
"Sudahlah.
Jangan menangis lagi. Lihat lagi akuarium itu. Ikan-ikan memandangimu. Apakah
kau tidak malu kepada mereka? Wajahmu menjadi jelek kalau kau menangis seperti
itu. Tersenyumlah."
Aku mengangkat wajahku. Melihat
ikan-ikan bermain. Aku tersenyum. Aku kagum. Mereka berlari dan berkejaran,
menangkap satu sama lain. Memiliki berbagai corak warna dan selalu merasa
bahagia. Sedangkan aku? Hanya sedih dan sedih yang kurasakan. Aku sangat malu.
"Sekarang,
masuk dan tidurlah. Hari sudah larut. Masih banyak kegiatan yang dapat kau
lakukan esok hari."
Aku pun berdiri dan mengucapkan
terima kasih kepada Rembulan. Bergegas masuk rumah dan mengunci pintu. Menuju
kamar dan bertekad.
"Mulai
sekarang, aku tidak akan menantimu lagi. Aku akan mencari seseorang yang lebih
baik dari dirimu. Selamat malam."
Dan aku pun terlelap. Berharap
matahari masih dapat tersenyum kepadaku.
No comments:
Post a Comment
Sampaikan komentar kamu :D