A: “Heh kok ngelamun terus sih? Lagi mikirin
apaan?”
B: “Eh? Enggak mikirin apa-apa kok.”
A: “Ngeles aja deh sukanya. Masih kepikiran
yang kemarin?”
B: “Entahlah.”
A: “Bagaimana sekarang hubunganmu dengannya?”
B: “Ya masih seperti biasa.”
A: “Kalian berbeda, kan? Mengapa tidak cari
yang lain aja? Kan masih banyak orang yang seiman denganmu.”
B: “Apakah orang yang berbeda iman dilarang
untuk saling jatuh cinta?”
A: “Aku tidak tahu. Tetapi itu seperti
mengkhianati Tuhan mereka masing-masing.”
A: “Banyak orang mengatakan bahwa cinta yang
abadi adalah cinta kepada Tuhannya. Kalau kamu saja tidak cinta kepada Tuhanmu,
bagaimana kamu bisa mencintai pasanganmu?”
B: “Bukan seperti itu. Aku sangat mencintai
Tuhanku. Tetapi aku juga mencintai dia. Bukankah yang dapat membolak-balikkan
hati hanya Tuhan? Aku mencintai dia juga karena Tuhanku. Hanya permasalahannya,
kami berbeda dalam penyebutan nama Tuhan.”
A: “Iya memang. Tetapi banyak orang beda agama
yang gagal untuk bersatu. Ujung-ujungnya pasti ada saja halangannya, walaupun
mereka saling mencintai.”
B: “Lalu, bagaimana? Apa yang harus aku
lakukan?”
A: “Permasalahan cinta beda agama memang klise
untuk dibahas. Ini sangat rumit. Sepertinya salah satu dari kalian harus pindah
agama.”
B: “Hah? Aku tidak mau. Dan tidak akan pindah
agama. Tadi kan aku sudah bilang, aku sangat cinta dengan Tuhanku.”
A: “Berarti dia saja yang pindah ke agamamu.”
B: “Sepertinya juga sangat sulit. Dia juga
sangat mencintai Tuhannya. Jadi tidak mungkin untuk pindah agama.”
A: “Kamu harus mengambil suatu keputusan. Perjuangkanlah
jika memang kamu yakin ini masih dapat diperjuangkan. Tetapi berhentilah jika
memang kamu sudah tidak menemukan suatu titik untuk diperjuangkan.”
B: “Aku tidak yakin ini dapat diperjuangkan.
Sepertinya ini sangat mustahil. Apalagi keluarga dan saudaraku memiliki
pendirian agama yang sangat kuat. Begitupun denganku”
A: “Ah kamu ini belum berperang sudah
mengangkat bendera putih duluan.”
B: “Ya memang seperti ini keadaannya. Apakah
sebaiknya aku melupakannya dan merelakan dia untuk pergi?”
A: “Sebenarnya perbedaan bukanlah alasan yang
tepat untuk berpisah. Lagipula kalian sudah bersahabat cukup lama bukan? Jangan
pernah memutuskan tali persahabatan.”
B: “Tetapi jika sebuah persahabatan berubah
menjadi cinta.”
A: “Tetaplah berjuang jika kau ingin mencapai
bahagiamu. Tetapi ingatlah selalu kepada Tuhanmu.”
No comments:
Post a Comment
Sampaikan komentar kamu :D